This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Showing posts with label Pengelasan. Show all posts
Showing posts with label Pengelasan. Show all posts

Wednesday, August 5, 2020

PERLAKUAN PANAS PENGELASAN

        Daerah lasan terdiri dari 3 bagian yaitu, logam lasan, daerah pengaruh panas yang dalam bahasa inggris disebut ”Heat Affected Zone”, disingkat menjadi daerah HAZ dan logam indduk yang tidak terpengaruh panas. Logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau daerah HAZ adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam las tak terpengaruhi panas adalah bagian logam dasar di mana panas dan temperatur pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat. Disamping ketiga pembagian utama tersebut masih ada satu daerah khusus yang membatasi antara logam las dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas las. Dalam membahas siklus termal daerah lasan hal-hal yang perlu dibahas meliputi proses pembekuan, reaksi yang terjadi dan struktur mikro yang terbentuk. 
        Proses perlakuan panas lazimnya diterapkan pada material untuk mengubah sifat material melalui pengubahan struktur mikro. Apabila struktur mikro berubah maka sifat mekanik material tersebut akan berubah pula. Pada proses pengelasan, didaerah HAZ perubahan struktur mikro akan diperoleh dengan mengekspos pada suatu temperatur yang cukup tinggi. Namun mengingat temperatur pada daerah HAZ tidak sama disetiap titik (semakin kecil jika lokasi titik di HAZ semakin jauh dari  logam las), maka di HAZ akan terjadi variasi struktur mikro. Dsitribusi temperatur disekitar daerah HAZ ditunjukkan gambar 1 di bawah ini.




Gambar 1. Distribusi temperatur disekitar logam las

(Sumber : Andrew D. Althouse, 1992)

Pada saat logam las masih cair maka pada daerah HAZ akan terjadi distribusi temperatur yang relatif tinggi (daerah yang berdekatan dengan logam las) dan berangsur-angsur menurun  di daerah-daerah yang menjauhi logam las. Dengan adanya distribusi temperatur seperti itu maka daerah HAZ akan terjadi transformasi fasa yang bervariasi pula disesuaikan dengan tinggi temperatur yang dialami.

Pada saat logam las masih cair; maka di HAZ akan terbentuk fasa-fasa γ (austenit) dan γ+α (austenit dan ferit); sedangkan pada bagian logam induk yang mengalami pemanasan sepanjang temperatur pemanasannya tidak melebihi 700oC tidak akan terjadi perubahan struktur mikro kecuali jika bagian logam induk tersebut pernah mengalami pengerjaan dingin (cold work) maka tergantung pada besarnya temperatur yang dialami oleh bagian tersebut dan lamanya diekspos pada temperatur yang bersangkutan, maka pada bagian tersebut akan mengalami stress relieving atau rekristalisasi yang akan berdampak pada tingkat tegangan sisa dan bentuk butir. Bila diukur kekerasannya di daerah ini, maka daerah ini akan menjadi bagian yang lunak.

Pada saat logam las membeku (mengikuti pola pembekuan), maka di HAZ tergantung pada laju pendinginan yang dialaminya; maka fasa yang berubah adalah fasa austenit (γ) Jika laju pendinginannya tinggi maka austenit tersebut akan bertransformasi ke martensit, tetapi apabila laju pendinginannya tidak terlalu tinggi, maka austenit akan bertransformasi ke Bainit atau Trostit. Namun apabila laju pendinginannya sangat lambat, maka austenit akan bertransformasi ke perlit. Dengan demikian pada HAZ struktur yang terjadi setelah semua proses transformasi fasa selesai adalah campuran dari fasa-fasa tersebut diatas tergantung laju pendinginan  yang dialami oleh HAZ tersebut.

Disamping itu ukuran butirnya pun bervariasi dari relatif besar didaerah interface antara logam las dengan logam induk dan berangsur-angsur mengecil ke ukuran yang sama seperti di logam induk. Besarnya ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya temperatur yang bersangkutan.

Semua kejadian di atas (pengaruh laju pendinginan terhadap hasil akhir transformasi austenit) dapat dianalisis melalui diagram CCT (Continuous Cooling Transformation) sebagaimana ditunjukkan gambar 2. Jadi apabila martensit  itu harus dihindari maka harus diupayakan agar laju pendinginannya tidak terlalu tinggi dan ini dapat dilakukan dengan memberi Pre-Heat atau PWHTKekuatan baja terutama batas luluhnya, sangat dipengaruhi oleh ukuran butir (Persamaan Hall-Petch). Selain itu, ukuran butir juga mempengaruhi harga impak dan perambatan retak. Makin halus butir akan semakin rendah temperatur transisi ulet-getasnya.

Gambar 2. CCT diagram untuk baja carbon

(Sumber : George E.Totten, 2006)

Pemanasan dan pendinginan yang terjadi pada proses pengelasan dapat mengubah sifat bahan induk yang terkena pengaruh panas tersebut, sehingga menimbulkan zona terpengaruh panas (Heat Affected Zone = HAZ). Perubahan-perubahan yang sering terjadi adalah perubahan struktur mikro material, terjadinya distorsi dan munculnya tegangan sisa di dalam material.

Untuk menghindari atau memperkecil akibat tersebut maka perlu adanya perlakuan panas tertentu dalam pelaksanaan pengelasan, yaitu :

-       Pemanasan awal (preheating)

Adalah pemanasan pendahuluan yang dilakukan pada daerah yang akan dilas sebelum pengelasan dimulai sampai temperatur tertentu dengan tujuan agar tidak terjadi laju pendinginan yang sangat cepat sesudah pengelasan. Laju pendinginan yang terlalu cepat memungkinkan terbentuknya struktur martensitis yang terlalu banyak, yang mengakibatkan logam menjadi terlalu keras dan getas. Dengan pemanasan awal ini juga dapat dikurangi terjadinya distorsi maupun tegangan sisa. Pertimbangan penentuan pemanasan awal ini selain kandungan karbon juga unsur-unsur paduan Cr, Mn, Si, dan Mo. Ketebalan las yang akan dibuat juga merupakan pertimbangan untuk diadakannya pemanasan awal.

-       Temperatur antar lapis (inter pass temperature)

Inter pass temperature adalah temperatur lasan pada waktu akan dilaksanakan pengelasan berikutnya. Temperatur ini tidak diperkenankan di bawah temperatur pemanasan awal dan juga tidak diperkenankan terlalu tinggi. Temperatur interpass yang terlalu tinggi mengakibatkan zona terpengaruh panas (HAZ) yang terlalu luas yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan pengelasan.

-       Perlakuan panas pasca las (postweld heat treatment = PWHT)

PWHT ialah perlakuan panas terhadap hasil pengelasan pada saat pengelasan selesai. Pada pengelasan baja karbon, laju pendinginan pasca pengelasan harus lambat, yang selain dengan pemanasan awal, sering proses perlambatan ini dikerjakan dengan menutup benda kerja dengan asbes atau bahan yang sejenis. Namun untuk pengelasan baja austenic, yang mengandung banyak khrom (Cr) dan karbon ( C ) yang memungkinkan terbentuknya chrom carbida yang merupakan endapan pada batas butir yang tidak dikehendaki keberadaannya. Laju pendinginan pasca pengelasan logam ini justru diusahakan lebih cepat pada temperatur sensitisasi (426 ~ 871 oC). bahaya dari terbentuknya endapan karboda ini adalah kerawanan korosi, yang merupakan korosi batas butir (inter granular corrosion). Jika diperlukan untuk perlakuan panas pasca pengelasan ini hasil lasan dipanaskan kembali sampai temperatur tertentu, kemudian didinginkan sesuai dengan laju yang dikehendaki. Skematik proses perlakuakn panas pada proses pengelasan ditunjukkan gambar 3. 

                

Keterangan gambar :

“A” Laju pemanasan dari preheat temperature sampai 7200C – 7300C tidak boleh lebih dari 200oC / jam maximum.

“B” holding time pada 7200C – 7300C minimum 3 jam.

“C” Laju pendinginan dari 7200C – 7300C

Gambar 3. Grafik perlakuan panas disekitar logam las

(sumber : B4T Bandung 2001)

 

Pembekuan dan struktur logam las

            Dalam pengelasan cair bermacam-macam cacat terbentuk dalam logam las, misalnya pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak. Banyaknya dan macamnya cacat yang terjadi tergantung pada kecepatan pembekuan. Semua kejadian selama proses pendinginan dalam pengelasan hampir sama dengan pendinginan dalam pengecoran. Perbedaannya adalah :

1.      Kecepatan pendinginan dalam las lebih tinggi

2.      Sumber panas dalam las bergerak terus

3.      Dalam proses pengelasan, pencairan dan pembekuan terjadi secara terus menerus

4.      Pembekuan logam las mulai dari dinding logam induk yang dapat dipersamakan dengan dinding cetakan pada  pengecoran, hanya saja dalam pengelasan, logam las harus menjadi satu dengan logam induk, sedangkan dalam pengecoran yang terjadi harus sebaliknya.

Reaksi metalurgi yang terjadi dalam pembekuan

1.      Pemisahan

Di dalam logam las terdapat tiga jenis pemisahan, yaitu pemisahan makro, pemisahan gelombang dan pemisahan mikro. Pemisahan makro adalah perubahan komponen secara perlahan-lahan yang terjadi mulai dari sekitar garis lebur menuju ke garis sumbu las, sedangkan pemisahan gelombang adalah perubahan komponen karena pembekuan yang terputus yang terjadi pada proses terbentuknya gelombang manik las. Pemisahan mikro adalah perubahan komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam bagian dari satu pilar.

2.      Lubang halus

Lubang-lubang halus terjadi karena adanya gas yang tidak larut dalam logam padat. Lubang-lubang tersebut disebabkan karena tiga macam cara pembentukan gas, yaitu yang pertama adalah pelepasan gas karena perbedaan batas kelarutan antara logam cair dan logam padat pada suhu pembekuan, yang kedua adalah terbentuknya gas karena adanya reaksi kimia di dalam logam las dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam atmosfer busur.

Gas-gas yang terbentuk karena perbedaan batas kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen dan gas nitrogen, sedangkan yang terjadi karena reaksi adalh terbentuknya gas CO2 dalam logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung atau udara yang terkurung dalam akar kampuh las.

3.      Proses deoksidasi

Sebenranya hanya sejumlah kecil oksigen yang larut dalma baja, tetapi karena tekanan disosiasi dari kebanyakan oksida sangat rendah, maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida yng stabil. Karena pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah oksigen yang larut dalam baja sangat sukar, maka untuk melepaskan oksigen dari larutan, biasanya dilakukan usaha-usaha seperti menghilangkan oksida. Proses menghilangkan oksida ini disebut proses deoksidasi.

Kadar oksigen dalam baja tergantung pada kadar Si, Mn dan lain-lainnya. Kadar oksigen dalam logam las sangat tergantung dari fluks yang digunakan, misalnya pada pengelasan busur dengan fluks oksida besi, kadar oksigen akan mencapai antara 0,08 sampai 0,12%, dan antara 0,01 sampai 0,02%.

            Ketangguhan logam las turun dengan naiknya kadar oksigen, karena itu harus selalu diusahakan agar logam las mempunyai kadar oksigen yang serendah-rendahnya. Usaha penurunan oksigen ini dapat dilakukan dengan menambah unsur-unsur yang bersifat deoksidasi seperti Si, Mn, Al dan Ti atau menaikkan kebasaan dari terak lasnya.



Monday, August 3, 2020

Simbol Las

Simbol Las

Ketrampilan membaca simbol las berguna untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengelasan. Dari suatu simbol las diperoleh informasi tipe desain sambungan las dengan dimensi dan ukuran tertentu serta jenis las yang akan diterapkan. Ketrampilan membaca simbol las berguna juga untuk menginspeksi suatu sambungan baik desain, pelaksanaan pengelasan maupun langkah-langkah pengujian yang dilakukan, guna mengetahui kesesuaian kondisi dan pelaksanaan pengelasan, serta kemungkinan adanya penyimpangan yang terjadi.

Beberapa informasi tentang simbol las ditunjukkan pada Gambar 1 sampai   Gambar 4 dibawah ini. Simbol las yang dikemukan di sini terbatas untuk jenis las yang paling umum dipergunakan seperti las MMA dan OAW. Simbol las ini mengacu pada ketentuan American Welding Society (AWS).

Gambar 1. Penamaan dalam Simbol Las

Sumber : AWS Handbook Vol.2


Gambar 2. Simbol-simbol Kampuh Las

(Sumber : AWS Welding Technology, 1991)

 

Gambar 3. Simbol dan dimensi yang berkenaan dengan las kampuh

(Sumber : AWS Welding Technology, 1991)

Gambar 4. Simbol dan dimensi yang berkenaan dengan las Fillet.

(Sumber : AWS Welding Technology, 1991)

Pengelasan

Baca Juga: SMAW, GTAW, GMAW


Teknik las telah dipergunakan secara luas saat ini dalam penyambungan batang-batang pada konstruksi mesin. Lusanya penggunaan teknologi las disebabkan bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan las menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih murah. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, pipa transmisi bawah laut, kendaraan rel dan lain sebagainya.

Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang aus dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi di mana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa dalam perancangan konstruksi bangunan dna mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang dipergunakan, berdasarkan fungsi bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.

Berdasarkan definisi dari Duetche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgis pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Saat ini telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan hanya menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang disambungkan.

Proses pengelasan ialah proses penyambungan logam dengan pemanasan setempat, sehingga terjadi ikatan metalurgis antara logam-logam yang disambung. Untuk memperoleh ikatan metalurgis tersebut logam induk atau logam pengisi harus mencair. Untuk mencairkan logam tersebut, diperlukan energi panas yang dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya dengan pembakaran gas, tenaga listrik, gesekan dan sebagainya. Karena sifat kegunaannya, maka hasil pengelasan dituntut bermutu dan memenuhi persyaratan tertentu, baik dalam pekerjaan pembuatan produk baru maupun dalam pekerjaan reparasi atau pemeliharaan.

Untuk dapat menghasilkan mutu lasan yang memenuhi persyaratan tertentu, pelaksanaan pengelasan harus mengikuti ketentuan tertentu. Dari sebab itu pengetahuan tentang pengelasan perlu dikuasai oleh para pelaksana pengelasan baik mengenai pengetahuan tentang bahan, proses kerja, variabel-variabel dan parameter-parameter pengelasan, inspeksi maupun aplikasinya.

Klasifikasi cara-cara pengelasan
Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu, pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
  1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari bususr listrik atau semburan api gas yang terbakar.
  2. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
  3. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.


Gambar 1. Klasifikasi Las
Sumber : Klas Weman, Welding process handbook,Woodhead Publishing Ltd, 2012

Prosedur Pengelasan:

1. Proses Las
Proses las merupakan jenis pengelasan yang digunakan seperti proses las SMAW, GTAW, GMAW dan proses las lainnya

2. Spesifikasi material.
Material dapat mempengaruhi hasil pengelasan . Misalnya pengaruh penyiapan material ditentukan oleh komposisi kimiawinya. Retak dizona terimbas panas (heat affected zone/ HAZ ) sangat dipengaruhi oleh komposisi kimiawi bahan dasar, karenanya komposisi kimiawi ini perlu diketahui . Sifat bahan las juga dapat dipengaruhi oleh komposisi kimiawi bahan dasar, terutama dimana pengelasan menghasilkan tingkat dilusi yang cukup tinggi . Karenanya penting untuk diketahui kandungan bahan paduan (alloy content) . Elemen pembentuk kristal didalam bahan dasar dapat mempengaruhi tingkat kekuatan dan pengerasannya ( hardenability ) .

3. Pengelasan didalam ruangan atau lapangan
Pengendalian keseluruhan prosedur las sangat dipengaruhi oleh apakah pengelasan dilaksanakan didalam ruangan atau dilapangan . Kondisi cuaca dilapangan akan merubah secara drastis cara pengendalian pelaksanaan las

4. Persiapan sisi (edge preparation )
Terdapat banyak alasan untuk memasukkan persiapan sisi kedalam prosedur las . Akses secukupnya merupakan faktor penting seperti misalnya bahan las yang terdeposisi akan berfusi dengan bahan dasar. Prosedur las harus mencakup bukan hanya bentuk persiapan, namun juga penyelesaian permukaannya (surface finish) . Permukaan yang berlapis kerak atau oksida tebal akan menyebabkan fusi tidak sempurna (lack of fusion) , terperangkapnya oksida (trapped oxide), atau porositas yang tidak dapat diterima .

5. Metode pembersihan
Bagaimana permukaan bahan dipersiapkan sebelum dilas merupakan factor yang perlu diperhatikan seperti misalnya baja mungkin hanya perlu pembersihan menggunakan penyikatan ( brushing ) secara manual atau mekanikal, sedangkan aluminium memerlukan pencucian secara kimiawi (chemical cleaning) seperti solvent untuk menghasilkan permukaan yang siap las. Terkait dengan hal tersebut, inspeksi pada permukaan bahan sebelum dilas juga diperlukan untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat cacat material dasar yang dapat mempengaruhi mutu pengelasan.

6. Penyetelan sambungan (sketsa).
Penyetelan sambungan (sketsa) menggunakan perangkat rakit (JIG) atau las cantum (tacking). Penyetelan komponen sambungan las merupakan faktor yang sangat menentukan pada pengelasan sambungan yang hanya dapat dilaksanakan pada satu sisi/ pihak saja. Celah sambungan akan mempengaruhi jumlah fusi pada akar las. Apabila digunakan perangkat perakit secara mekanis untuk penyetelan komponen rakitan, maka perlu diketahui berapa banyak bahan las yang akan dideposisikan sebelum perangkat mekanis ini dicabut/ dibongkar .

7. Jenis Sambungan dan Posisi Pengelasan
Dalam aplikasi dikenal ada 5 jenis sambungan jenis sambungan dasar dan 4 posisi pengelasan. Jenis sambungan tersebut antara lain sambungan tumpul (butt joint), sambungan tumpang (lap joint), sambungan tee (tee joint), sambungan pojok (corner joint), sambungan sisi (edge joint). Sedangkan 4 posisi dalam pengelasan antara lain :
- Posisi 1G (flat atau datar)
- Posisi 2G (horizontal)
- Posisi 3G (vertical)
- Posisi 4G (overhead atau atas kepala)

Secara skematik, jenis sambungan dasar dan posisi pengelasan ditunjukkan pada gambar 2. Gambar tersebut berlaku untuk pengelasan selain pipa.

Gambar 2. Sambungan dasar pengelasan untuk empat posisi pengelasan plat
(Sumber : AWS Welding Technology, 1991)

Untuk pengelasan pipa dengan jenis sambungan tumpul (butt weld), posisi pengelasan terdiri atas 4 posisi (Gambar 3), yakni :
- Posisi 1G untuk kategori posisi datar dan objek berotasi.
- Posisi 2G untuk kategori posisi horizontal.
- Posisi 5G untuk kategori posisi datar dan welder berotasi
- Posisi 6G untuk kategori objek tetap dan berada pada posisi 45o.

Gambar 3. Posisi pengelasan pipa untuk jenis butt weld
(Sumber : Sri Widharto, 2001)



Sedangkan untuk pengelasan plat dengan jenis fillet weld, posisi pengelasan terdiri dari 4 posisi (gambar 4), yaitu :
Posisi 1F (flat atau datar)
Posisi 2F (horizontal)
Posisi 3F (vertical)
Posisi 4F (overhead atau atas kepala)

Gambar 4. Posisi pengelasan plat untuk jenis fillet weld.

Polaritas Listrik

Pada proses pengelasan listrik digunakan arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Penggunaan arus listrik ini tergantung pada beberapa pertimbangan antara lain jenis logam yang akan dilas maupun kedalaman penetrasi yang akan dicapai dalam pengelasan. Untuk jenis logam yang permukaannya terbentuk oksid seperti aluminium dan magnesium serta logam-logam non ferro yang lain arus AC (alternating current) dan DCEP (direct current electrode positive) digunakan. Arus AC dan DCEP ini digunakan untuk mengelupas lapisan oksida yang akan terjadi akibat adanya aliran elektron dari benda kerja menuju elektroda pada arus DCEP maupun pada setengah siklus AC. Selain dengan kedua arus di atas hampir tidak mungkin logam yang bersangkutan dapat dilas dengan baik mengingat titik cair oksid logam tadi jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik cair logam yang bersangkutan.

Penggunaan jenis arus juga mempengaruhi kedalaman penetrasi yang akan dibentuk. Pada arus AC distribusi panasnya terjadi 1/2 untuk benda kerja dan 1/2 untuk elektroda. Pada arus DCEP 2/3 panas terjadi pada elektroda dan 1/3 sisanya terjadi pada benda kerja, sedangkan pada arus DCEN terjadi sebaliknya yaitu 1/3 panas untuk elektroda dan 2/3 panas sisanya terjadi pada benda kerja. Konsekuensi distribusi panas yang berbeda ini akan berpengaruh pada kedalaman penetrasi yang berbeda. Pada AC kedalaman penetrasi sedang dengan lebar kawah sedang. Pada DCEP, lebar kawah lebih besar dengan kedalaman penetrasi lebih dangkal bila dibanding AC. Pada DCEN, Lebar kawah lebih sempit dan kedalaman penetrasi lebih dalam bila dibandingkan AC. Secara umum perbedaan polaritas DCEP dengan DCEN adalah DCEP posisi elektroda pada kutub positif dan klam massanya pada kutub negatif, sedangkan DCEN posisi elektroda pada kutub negatif dan klam massa pada kutub positif. Skematik polaritas listrik DCEP dan DCEN diberikan pada gambar 5 berikut:





Gambar 5. Polaritas listrik DCEN dan DCEP
(sumber : B4T Bandung, 2001)


Download:

1. Laporan Praktikum


Baca Juga:  DAFTAR ISI

Artikel jurnal tentang pengelasan: https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengelasan&btnG=


Pertanyaan umum:

1. Sebutkan 7 jenis prosedur las yang harus diperhatikan

2. Sebutkan posisi pengelasan untuk jenis sambungan:

    a. Pelat

    b. Pipa

3. Apa perbedaan polaritas DCEP dengan DCEN