Bolg Ini Merupakan Channel Edukasi Untuk Berbagi Ilmu. email: fileazwinur@gmail.com
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Dalam melakukan NDT, Uji visual merupakan jenis NDT yang pertama sekali diperlukan sebelum dilakukan NDT yang lain. Penerimaan dan penolakan terhadap hasil uji visual sangat dipengaruhi oleh pengenalan cacat-cacat pengelasan dan material. Pemeriksaan visual didefinisikan sebagai pemeriksaan dengan menggunakan mata biasa atau dengan menggunakan alat bantu (pembesar), tanpa merubah ataupun merusak material yang akan diperiksa. Penggunaan pemeriksaan visual meliputi pemeriksaan bahan baku (raw material), produk hasil proses pemesinan dan produk yang gagal. Tujuan pemeriksaan visual adalah :
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengujian visual antara lain adalah sifat meterial, kondisi permukaan, lingkungan pemeriksaan dan faktor-faktor fisik dari inspektor. Peralatan untuk pemeriksaan visual termasuk borescope, fiberscope, penggaris, jangka, peralatan ukur mekanis, peralatan ukur las, kaca pembesar, cermin, sistem otomasi, sistem berbasis komputer, sistem pencitraan, sistem optik khusus, dan CCTV.
Borescope adalah alat yang bekerja seperti teleskop, mikroskop atau kamera. Hal ini memungkinkan orang untuk menjelajahi daerah yang terlalu kecil, terlalu jauh atau di luar jangkauan. Ini memiliki lensa di bagian atas yang melekat pada tabung penyisipan yang dapat menjadi kaku atau fleksibel. Ketika tabung penyisipan borescope ini diarahkan melalui sebuah lubang, dibutuhkan lensa dan sumber cahaya untuk apa yang perlu diperiksa. Di ujung tabung ada dua lensa, sumber cahaya, nozel dan bukaan lainnya.
2. Fiberscope
Fiberscope serupa dengan borescope karena dapat dipakai memeriksa daerahdaerah yang umumnya tidak dapat diakses; namun demikian fiberscope bekerja dengan prinsip yang berbeda. Borescope menggunakan sistem lensa untuk mengirimkan citra dari obyek ke mata, sedangkan fiberscope menggunakan sekumpulan serat pengirim cahaya yang dibuat dari kaca atau quartz. Kumpulan serat ini dinamakan penuntun citra. Sifat penuntun citra yang fleksibel ini memungkinkan fiberscope memeriksa daerah lekukan dan sudut sementara borescope yang rigid hanya dapat memasuki lintasan yang lurus.
Pertanyaan umum:
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan visual?
2. Sebutkan Peralatan untuk pemeriksaan visual?
Turbin Impuls
Turbin ini merubah arah dari aliran fluida berkecepatan tinggi menghasilkan putaran impuls dari turbin dan penurunan energi kinetik dari aliran fluida. Tidak ada perubahan tekanan yang terjadi pada fluida, penurunan tekanan terjadi di nozzle.
Turbin Reaksi
Turbin ini menghasilkan torsi dengan menggunakan tekanan atau massa gas atau fluida. Tekanan dari fluida berubah pada saat melewati sudu rotor. Pada turbin jenis ini diperlukan semacam sudu pada casing untuk mengontrol fluida kerja seperti yang bekerja pada turbin tipe multistage atau turbin ini harus terendam penuh pada fluida kerja (seperti pada kincir angin).
3. Turbin Uap (Steam Turbine)
Turbin uap menggunakan media uap air sebagai fluida kerjanya. Banyak digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar batubara, solar, atau tenaga nuklir. Prinsip dari turbin ini adalah untuk mengkonversi energi panas dari uap air menjadi energi gerak yang bermanfaat berupa putaran rotor.
4. Turbin Gas
Tenaga penggerak dari turbin gas adalah gas. Turbin gas banyak digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) , dengan gas sebagai penggeraknya. Turbin jenis ini menggunakan fluida udara yang dipanaskan secara cepat sebagai fluida kerjanya. Sebuah kompresor yang berfungsi untuk mengkompres udara dipasang satu poros dengan turbin (coupled).
Inspeksi atau Inspection adalah pemeriksaan secara seksama terhadap suatu produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditetapkan padanya. Dalam pengendalian kualitas (Quality Control), Inspeksi merupakan salah satu elemen yang sangat penting. Inspection (Inspeksi) diperlukan untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dan standarnya sehingga kepuasan pelanggan dapat terjaga dengan baik. Selain mengendalikan kualitas dan menjaga kepuasan pelanggan, Inspeksi juga dapat mengurangi biaya-biaya manufakturing akibat buruknya kualitas produksi seperti biaya pengembalian produk dari pelanggan, biaya pengerjaan ulang dalam jumlah banyak dan biaya pembuangan bahan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian. Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi permesinan, bangunan maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam tang bisa diubah sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang. Untuk mengetahui kualitas suatu logam pengujian sangat erat kaitannnya dengan pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat selain itu juga bisa untuk membuktikan suatu teori yang sudah ada ataupun penemuan baru dibidang metalurgi. Dalam proses perencanaan dapat juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinnya, sehingga apabila tidak sesuai dapat dicari penggantinnya yang lebih tepat. Disamping tidak mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnnya.
Pengujian bahan adalah pengujian
suatu material untuk mengetahui sifat mekanik, cacat, dan lain-lain suatu
material. Dalam pengujian bahan ini ada 2 macam jika ditinjau berdasarkan sifat
dari pengujian tersebut, yaitu :
1.
Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif adalah
pengujian suatu material, tapi hasil akhirnya akan menyebabkan cacat atau
rusak. Pengujian ini dilakukan dengan cara merusak benda uji dengan cara
pembebanan atau
penekanan sampai benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh
sifat mekanik bahan.
2.
Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non
- destruktif adalah salah satu teknik pengujian material tanpa merusak benda
ujinya. Pengujian bertujuan untuk mendeteksi secara dini timbulnya crack atau
flaw pada material secara dini. Non Destrtructive Testing (NDT) adalah
aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat,
retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi.
Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan
masih aman dan belum melewati toleransi kerusakan (damage tolerance). Material
pesawat diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan (failure) selama masa penggunaannya. NDT dilakukan
paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses fabrikasi,
untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap
fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua,
NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya
adalah menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.
Untuk
mengetahui keadaan fisik material atau bagian-bagian dari mesin konstruksi,
maka diperlukan beberapa cara, dari cara yang paling sederhana hingga cara yang
memerlukan pengertian khusus. NDT bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
keadaan material masih layak dipakai atau perlu diganti, jadi dengan mengetahui
adanya keretakan-keretakan akan bisa diprediksi suatu peralatan masih biasa
beroperasi atau harus dilakukan perbaikan atau perbaikin suku cadangannya.
Jurnal ilmiah disebut juga jurnal akademik. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ’scientific journal’ atau ’academic journal’. Jurnal akademik dapat dideskripsikan sebagai kumpulan artikel ilmiah yang dipublikasikan secara reguler dalam rangka mendiseminasi hasil penelitian.
Jurnal ilmiah diterbitkan sebagai cara atau media diseminasi hasil penelitian dalam disiplin atau subdisiplin ilmu tertentu. Publikasi jurnal ilmiah umumnya dalam bentuk artikel meliputi laporan penelitian, review literatur, proposal mengenai teori yang belum diuji atau artikel opini. Bentuk artikel yang dipublikasikan sangat tergantung pada kebijakan institusi jurnal itu sendiri atau penerbit jurnal.
Artikel yang ditulis dalam jurnal ilmiah diproduksi oleh individu dalam komunitas ilmuwan. Komunitas ilmuwan bisa terdiri dari mahasiswa, guru, dosen, peneliti, professor, jurnalis dan sebagainya. Penulisan artikelnya bisa dilakukan secara individual atau kolektif. Secara umum sudah kita ketahui bahwa artikel yang ditulis harus bersifat ilmiah, artinya diproduksi melalui proses penelitian yang menerapkan metode ilmiah.
Jurnal lahir dari sebuah komunitas ilmiah yang membentuk asosiasi. Asosiasi tersebut sepakat untuk membuat jurnal ilmiah yang fokus pada bidang tertentu. Untuk penerbitan memerlukan biro penerbitan, bagi Jurnal yang tidak punya biro penerbitan sendiri, maka mereka aka menerbitkan jurnalnya di penerbit yang sudah ada seperti misalnya LIPI.
Syarat Sebagai Jurnal Ilmiah.
1. memiliki International Standard Serial Number (ISSN).
2. memiliki mitra bestari paling sedikit 4 orang.
3. diterbitkan secara teratur dengan frekuensi paling sedikit dua kali dalam satu tahun, kecuali majalah ilmiah dengan cakupan keilmuan spesialisasi dengan frekuensi satu kali dalam satu tahun.
4. bertiras setiap kali penerbitan paling sedikit berjumlah 300 eksemplar, kecuali majalah ilmiah yang menerbitkan sistem jurnal elektronik (e journal) dan majalah ilmiah yang menerapkan sistem online dengan persyaratan sama dengan persyaratan majalah ilmiah tercetak.
5. memuat artikel utama tiap kali penerbitan berjumlah paling sedikit 5 artukel, selain dapat ditambahkan dengan artikel komunikasi pendek yang dibatasi paling banyak 3 buah artikel.
Proses Publikasi Dalam Jurnal Ilmiah.
Pada prinsipnya, proses publikasi jurnal ilmiah mirip dengan proses publikasi artikel dalam surat kabar atau majalah. Yang membedakan adalah terletak pada nilai yang ditonjolkan. Pada publikasi jurnal ilmiah lebih menonjolkan pada nilai ilmiahnya dan kontribusinya pada bidang akademik dan atau kebijakan publik. Berikut penggambaran secara singkat proses publikasi dalam jurnal ilmiah :
1. penulis mengirimkan manuskrip (naskah artikel) ke redaksi pengelola jurnal ilmiah.
2. setelah manuskrip yang dikirimkan oleh penulis tersebut diterima oleh editor jurnal ilmiah, manuskrip tersebut akan dikirimkan kepada reviewer jurnal ilmiah yang biasanya terdiri dari kalangan ahli.
3. pengiriman kepada reviewer dimaksud dilanjutkan dengan proses peer-review, yaitu proses di mana dua atau lebih ahli atau pakar yang terkait dengan topik yang ditulis dalam manuskrip, mengevaluasi manuskrip tersebut atas permintaan dari editor jurnal ilmiah.
4. selanjutnya reviewer akan memberikan penilaian berdasarkan keahliaannya. Penilaian yang diberikan oleh reviewer akan sangat menentukan apakah manuskrip yang dikirimkan oleh penulis tersebut layak untuk diterbitkan, perlu revisi, atau tidak layak untuk diterbitkan. Yang harus diketahui, bahwa manuskrip yang sampai kepada reviewer biasanya anonim, maksudnya adalah nama penulis atau institusi penulis telah dihilangkan sementara untuk menghindari subyektivitas dalam penilaian. Demikian halnya dengan reviewer, biasanya juga anonim supaya penulis tetap bisa menjaga obyektivitas ketika menerima hasil review.
5. setelah proses evaluasi atau review selesai, reviewer mengirim manuskrip tersebut beserta hasil evaluasinya ke editor jurnal. Hasil evaluasi biasanya berbentuk komentar dan kritik terhadap tulisan dalam manuskrip dimaksud, termasuk juga kelebihan dan kekurangannya secara substantif dan teknis.
6. terakhir, setelah menerima dan membaca komentar reviewer dari manuskrip dimaksud, editor akan mempertimbangkan apakah manuskrip yang dikirimkan oleh penulis tersebut layak terbit, perlu revisi, atau ditolak.
Baca Juga:
1. Cara membuka akun Google Scholar:
https://muh-amin.com/cara-mudah-membuat-akun-google-scholar/
https://www.youtube.com/watch?v=5kqlsItFE24
2. Cara membuka akun Google Scholar dan SINTA: https://www.youtube.com/watch?v=vR5eiziqjs4
PENGERTIAN POMPA SENTRIFUGAL DAN PRINSIP KERJANYA
Pompa Sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling banyak dipakai, dalam dunia kontraktor mekanikal elektrikal, penggunaan pompa ini sangat penting. Pompa ini mempunyai beberapa kelebihan diataranya karena peng-oprasiannya yang mudah, pemeliharaan yang tidak terlalu mahal, tidak berisik dan sebagainya.
Pompa Sentrifugal atau centrifugal pumps adalah pompa yang mempunyai elemen utama yakni berupa motor penggerak dengan sudu impeller yang berbutar dengan kecepatan tinggi. Prinsip kerjanya yakni mengubah energi mekanis alat penggerak menjadi energi kinetis fluida (kecepatan) kemudian fluida di arahkan ke saluran buang dengan memakai tekanan (energi kinetis sebagian fluida diubah menjadi energi tekanan) dengan menggunakan impeller yang berputar di dalam casing. Casing tersebut dihubungkan dengan saluran hisap (suction) dan saluran tekan (discharge), untuk menjaga agar di dalam casing selalu terisi dengan cairan sehingga saluran hisap harus dilengkapi dengan katup kaki (foot valve).
PRINSIP KERJA POMPA SENTRIFUGAL
Pompa digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller yang terpasang pada poros tersebut. Zat cair yang ada didalam impeller akan ikut berputar karena dorongan sudu-sudu. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impelerakan keluar melalui saluran diantara sudu – sudu dan meninggalkan impeller dengan kecepatan tinggi. Zat cair yang keluar dari impeller dengan kecepatan tinggi ini kemudian akan keluar melalui saluran yang penampangnya makin membesar (volute/difuser) sehingga terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Oleh sebab itu zat cair yang keluar dari flens pompa memiliki head total yang lebih besar.
Penghisapan terjadi karena setelah zat cair dilemparkan oleh impeller, ruang di antara sudu – sudu menjadi turun tekanannya sehingga zat cair akan terhisap masuk. Selisih energy per satuan berat atau head total dari zat cair pada flens keluar dan dlens masuk disebut head total pompa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pompa sentrifugal berfungsi mengubah energy mekanik motor menjadi energy aliran fuida. Energy inilah yang mengakibatkan pertambahan head kecepatan, head tekanan, dan head potensial secara kontinyu.
Klasifikasi dari pompa sentrifugal: Untuk pompa sentrifugal yang bekerja berdasarkan head dinamis, pompa ini dapat diklasifikasikan menurut jenis aliran dalam impeler, yakni:
Tanda Terjadinya Kavitasi Pada Pompa – Kavitasi merupakan fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang sedang mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya. Terjadinya kavitasi ditunjukkan oleh beberapa tanda, seperti timbulnya suara bisik dan getaran, turunnya kurva head-kapasitas dan efisiensi, dan kerusakan pada permukaan logam dimana kavitasi berlangsung. Nah, tanda terjadinya kavitasi pompa meliputi diantaranya sebagai berikut:
Journal of Welding Technology is a peer-reviewed journal that publishes original and high-quality research papers in all areas of Welding Technology. The editorial team aims to publish high quality and highly applied research and innovation that has the potential to be widely disseminated, taking into consideration the potential Welding Technology that it could generate. The Journal is published twice a year in Juny and December.
No. ISSN Online: 2716-0475
No. ISSN Print : 2716-1471
DOI Prefix : http://dx.doi.org/10.30811/jowt
Contact Us: welding@pnl.ac.id, Phone/WA: +628126930456
Gambar 1. Distribusi temperatur
disekitar logam las
(Sumber : Andrew D. Althouse, 1992)
Pada saat logam las masih cair
maka pada daerah HAZ akan terjadi distribusi temperatur yang
relatif tinggi (daerah yang berdekatan dengan logam las) dan berangsur-angsur
menurun di daerah-daerah yang menjauhi
logam las. Dengan adanya distribusi temperatur seperti itu maka daerah HAZ akan
terjadi transformasi fasa yang bervariasi pula disesuaikan dengan tinggi
temperatur yang dialami.
Pada saat logam las masih
cair; maka di HAZ akan terbentuk fasa-fasa γ (austenit) dan γ+α (austenit dan ferit); sedangkan pada bagian logam induk yang mengalami
pemanasan sepanjang temperatur pemanasannya tidak melebihi 700oC
tidak akan terjadi perubahan struktur mikro kecuali jika bagian logam induk
tersebut pernah mengalami pengerjaan dingin (cold work) maka tergantung pada besarnya temperatur yang dialami
oleh bagian tersebut dan lamanya diekspos pada temperatur yang bersangkutan,
maka pada bagian tersebut akan mengalami stress
relieving atau rekristalisasi yang akan berdampak pada tingkat tegangan
sisa dan bentuk butir. Bila diukur kekerasannya di daerah ini, maka daerah ini
akan menjadi bagian yang lunak.
Pada saat logam las membeku
(mengikuti pola pembekuan), maka di HAZ tergantung pada laju pendinginan yang
dialaminya; maka fasa yang berubah adalah fasa austenit (γ) Jika
laju pendinginannya tinggi maka austenit
tersebut akan bertransformasi ke martensit,
tetapi apabila laju pendinginannya tidak terlalu tinggi, maka austenit akan
bertransformasi ke Bainit atau Trostit. Namun apabila laju
pendinginannya sangat lambat, maka austenit akan bertransformasi ke perlit.
Dengan demikian pada HAZ struktur yang terjadi setelah semua proses
transformasi fasa selesai adalah campuran dari fasa-fasa tersebut diatas
tergantung laju pendinginan yang dialami
oleh HAZ tersebut.
Disamping itu ukuran
butirnya pun bervariasi dari relatif besar didaerah interface antara logam las dengan logam induk dan berangsur-angsur
mengecil ke ukuran yang sama seperti di logam induk. Besarnya ukuran butir
sangat dipengaruhi oleh tingginya temperatur yang bersangkutan.
Semua kejadian di atas (pengaruh laju pendinginan terhadap hasil akhir transformasi austenit) dapat dianalisis melalui diagram CCT (Continuous Cooling Transformation) sebagaimana ditunjukkan gambar 2. Jadi apabila martensit itu harus dihindari maka harus diupayakan agar laju pendinginannya tidak terlalu tinggi dan ini dapat dilakukan dengan memberi Pre-Heat atau PWHT. Kekuatan baja terutama batas luluhnya, sangat dipengaruhi oleh ukuran butir (Persamaan Hall-Petch). Selain itu, ukuran butir juga mempengaruhi harga impak dan perambatan retak. Makin halus butir akan semakin rendah temperatur transisi ulet-getasnya.
Gambar 2. CCT diagram untuk baja carbon
(Sumber : George E.Totten, 2006)
Pemanasan dan pendinginan yang
terjadi pada proses pengelasan dapat mengubah sifat bahan induk yang terkena
pengaruh panas tersebut, sehingga menimbulkan zona terpengaruh panas (Heat Affected Zone = HAZ). Perubahan-perubahan yang sering terjadi
adalah perubahan struktur mikro material, terjadinya distorsi dan munculnya
tegangan sisa di dalam material.
Untuk menghindari atau
memperkecil akibat tersebut maka perlu adanya perlakuan panas tertentu dalam
pelaksanaan pengelasan, yaitu :
-
Pemanasan awal (preheating)
Adalah pemanasan pendahuluan yang dilakukan pada daerah yang akan dilas
sebelum pengelasan dimulai sampai temperatur tertentu dengan tujuan agar tidak
terjadi laju pendinginan yang sangat cepat sesudah pengelasan. Laju pendinginan
yang terlalu cepat memungkinkan terbentuknya struktur martensitis yang terlalu
banyak, yang mengakibatkan logam menjadi terlalu keras dan getas. Dengan pemanasan awal ini juga dapat
dikurangi terjadinya distorsi maupun tegangan sisa. Pertimbangan penentuan
pemanasan awal ini selain kandungan karbon juga unsur-unsur paduan Cr, Mn, Si,
dan Mo. Ketebalan las yang akan dibuat juga merupakan pertimbangan untuk
diadakannya pemanasan awal.
- Temperatur antar lapis (inter pass temperature)
Inter pass temperature adalah
temperatur lasan pada waktu akan dilaksanakan pengelasan berikutnya. Temperatur
ini tidak diperkenankan di bawah temperatur pemanasan awal dan juga tidak
diperkenankan terlalu tinggi. Temperatur interpass
yang terlalu tinggi mengakibatkan zona terpengaruh panas (HAZ) yang terlalu luas yang tidak diinginkan
dalam pelaksanaan pengelasan.
- Perlakuan panas pasca las (postweld heat treatment = PWHT)
PWHT ialah perlakuan panas terhadap hasil pengelasan pada saat pengelasan selesai. Pada pengelasan baja karbon, laju pendinginan pasca pengelasan harus lambat, yang selain dengan pemanasan awal, sering proses perlambatan ini dikerjakan dengan menutup benda kerja dengan asbes atau bahan yang sejenis. Namun untuk pengelasan baja austenic, yang mengandung banyak khrom (Cr) dan karbon ( C ) yang memungkinkan terbentuknya chrom carbida yang merupakan endapan pada batas butir yang tidak dikehendaki keberadaannya. Laju pendinginan pasca pengelasan logam ini justru diusahakan lebih cepat pada temperatur sensitisasi (426 ~ 871 oC). bahaya dari terbentuknya endapan karboda ini adalah kerawanan korosi, yang merupakan korosi batas butir (inter granular corrosion). Jika diperlukan untuk perlakuan panas pasca pengelasan ini hasil lasan dipanaskan kembali sampai temperatur tertentu, kemudian didinginkan sesuai dengan laju yang dikehendaki. Skematik proses perlakuakn panas pada proses pengelasan ditunjukkan gambar 3.
Keterangan
gambar :
“A”
Laju pemanasan dari preheat temperature sampai 7200C – 7300C
tidak boleh lebih dari 200oC / jam maximum.
“B”
holding time pada 7200C – 7300C minimum 3 jam.
“C” Laju pendinginan dari 7200C – 7300C
Gambar 3. Grafik perlakuan panas disekitar logam las
(sumber : B4T Bandung 2001)
Dalam pengelasan cair bermacam-macam cacat terbentuk dalam logam las, misalnya pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak. Banyaknya dan macamnya cacat yang terjadi tergantung pada kecepatan pembekuan. Semua kejadian selama proses pendinginan dalam pengelasan hampir sama dengan pendinginan dalam pengecoran. Perbedaannya adalah :
1. Kecepatan pendinginan dalam las lebih
tinggi
2. Sumber panas dalam las bergerak terus
3. Dalam proses pengelasan, pencairan dan
pembekuan terjadi secara terus menerus
4. Pembekuan logam las mulai dari dinding
logam induk yang dapat dipersamakan dengan dinding cetakan pada pengecoran, hanya saja dalam pengelasan,
logam las harus menjadi satu dengan logam induk, sedangkan dalam pengecoran
yang terjadi harus sebaliknya.
1. Pemisahan
Di dalam logam las terdapat
tiga jenis pemisahan, yaitu pemisahan makro, pemisahan gelombang dan pemisahan
mikro. Pemisahan makro adalah perubahan komponen secara perlahan-lahan yang terjadi
mulai dari sekitar garis lebur menuju ke garis sumbu las, sedangkan pemisahan
gelombang adalah perubahan komponen karena pembekuan yang terputus yang terjadi
pada proses terbentuknya gelombang manik las. Pemisahan mikro adalah perubahan
komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam bagian dari satu pilar.
2. Lubang halus
Lubang-lubang halus terjadi
karena adanya gas yang tidak larut dalam logam padat. Lubang-lubang tersebut
disebabkan karena tiga macam cara pembentukan gas, yaitu yang pertama adalah
pelepasan gas karena perbedaan batas kelarutan antara logam cair dan logam
padat pada suhu pembekuan, yang kedua adalah terbentuknya gas karena adanya
reaksi kimia di dalam logam las dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam
atmosfer busur.
Gas-gas yang terbentuk karena
perbedaan batas kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen dan gas nitrogen,
sedangkan yang terjadi karena reaksi adalh terbentuknya gas CO2
dalam logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung atau udara yang
terkurung dalam akar kampuh las.
3. Proses deoksidasi
Sebenranya hanya sejumlah
kecil oksigen yang larut dalma baja, tetapi karena tekanan disosiasi dari
kebanyakan oksida sangat rendah, maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida
yng stabil. Karena pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah oksigen yang
larut dalam baja sangat sukar, maka untuk melepaskan oksigen dari larutan,
biasanya dilakukan usaha-usaha seperti menghilangkan oksida. Proses
menghilangkan oksida ini disebut proses deoksidasi.
Kadar oksigen dalam baja
tergantung pada kadar Si, Mn dan lain-lainnya. Kadar oksigen dalam logam las
sangat tergantung dari fluks yang digunakan, misalnya pada pengelasan busur dengan fluks oksida besi, kadar oksigen akan
mencapai antara 0,08 sampai 0,12%, dan antara 0,01 sampai 0,02%.